Jakarta – PT Maharaksa Biru Energi Tbk (OASA) telah membangun fasilitas Pengolahan Sampah Menjadi Energi Listrik (PSEL) Cipeucang, di Tangerang Selatan, Banten. Adanya proyek ini dikerjakan OASA melalui konsorsium unit usahanya PT Indoplas Energi Hijau bersama China Tianying Inc (CNTY). Menurut
Presiden Direktur OASA Bobby Gafur Umar mengatakan, jumlah nilai investasi proyek tersebut mencapai Rp 2,6 triliun. Dengan proyek itu rencananya mulai dibangun pada awal tahun 2026 dengan target groundbreaking di tahun ini, dan target beroperasi 2028.
“Untuk saat ini kami berharap groundbreaking bisa tahun ini. Dengan pembangunan prasarana pengolahan sampah ini merupakan salah satu bukti komitmen pemerintah daerah dalam membenahi tata kelola persampahan di Tangsel,” ucapnya dalam konferensi pers di kantornya di Kawasan SCBD, Jakarta, Jumat (11/4/2025).
Kedepannya PSEL Cipeucang akan mengolah sedikitnya 1.100 ton sampah, menggunakan teknologi MGI atau Moving Grate Incinerator yang bisa mengolah sampah sampai 90%. Sistem teknologi ini mengikuti standar internasional, yakni green energy yang tidak menimbulkan gangguan lingkungan berupa asap dan bau.
Menurut Bobby, tempat pengolahan serupa sudah ada di negara tetangga, Singapura. Dari Surat Penetapan Pemenang Lelang proyek tersebut telah dikeluarkan oleh otoritas Pemda Tangsel, 21 Maret 2025 lalu.
“Sekarang kami tinggal menunggu penunjukan formal dari Bapak Walikota Tangsel,” tuturnya.
Selain itu juga ia menambahkan, Tempat Penampungan Akhir (TPA) Cipeucang yang berlokasi di Serpong, Tangerang Selatan, Banten, selama ini menjadi satu-satunya tumpuan tempat penampungan dan pengolahan akhir sampah yang berasal dari seluruh wilayah Tangerang Selatan.
“Hingga kini TPA Cipeucang ini sudah penuh dan tidak lagi memadai, karena volume sampah masyarakat terus bertambah. Adanya fasilitas pengolahan sampah yang lebih modern sangat dibutuhkan,” sebut Bobby.
Pun juga PSEL yang akan dibangun adalah prasarana modern yang ramah lingkungan. Dan listrik yang dihasilkan oleh PSEL ini merupakan energi bersih dan terbarukan.
Diharapkan dengan adanya fasilitas ini, nantinya akan mampu memproses sedikitnya 1.000 ton sampah baru dan 100 ton sampah lama yang ada di TPA Cipeucang dalam sehari. Tak hanya itu, kapasitasnya mencapai 25 megawatt (MW), yang mana sekitar 5 mw lebih akan diperuntukkan untuk OASA sementara 19 megawatt dijual ke PLN.
Proses pengolahan sampah lama yang ada di TPA Cipeucang, menurut dia, menjadi hal yang sangat penting dalam rangka mengeliminasi pencemaran lingkungan di PSEL Cipeucang ini nantinya akan mampu mengurangi beban TPA yang sudah sangat sesak sampah, dan cenderung menjadi lokasi yang tidak sehat.
“Dan yang jelas, PSEL ini nantinya akan menjadi salah satu fasilitas yang dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat Tangsel. Tak hanya itu, PSEL ini tidak hanya memberikan solusi modern bagi masalah persampahan, tapi juga berkontribusi pada penyediaan energi terbarukan dan ramah lingkungan,” imbuh Bobby.
Sampai saat ini, sampah-sampah rumah tangga dan sampah lainnya terus menggunung di TPA Cipeucang. Dengan kendaraan pengangkut sampah dari berbagai wilayah Tangsel harus antre untuk menurunkan muatan sampah di tempat ini. Kini terus bertambahnya volume sampah di TPA Cipeucang mendapat keluhan dari warga.
Menurut Bobby, proyek modern ini akan dibangun oleh OASA bermitra dengan CNTY (China Tianying Inc) sebuah perusahaan asal China yang juga sudah berpengalaman dalam pengolahan sampah modern.
“Adanya konsep kerjasamanya menggunakan skema BOT selama 27 tahun konsesi, dengan masa konstruksi tiga tahun,” ucapnya. Pihak CNTY juga merupakan pemegang lisensi teknologi yang akan digunakan di proyek tersebut.
Sampai pada kesempatan itu Bobby juga mengumumkan bahwa OASA sudah memenangkan proyek pengolahan sampah 2 ribu ton per hari di kawasan Jakarta. Tentu dalam hal ini OASA menggandeng partner dari Jerman untuk pembiayaan dan penyediaan teknologi.
“Dan di Jakarta capexnya itu sekitar total sama financing segala macam di atas Rp 6 triliun,” tutupnya.